Mungkin buat yang ngikutin story Instagramku sesekali, teman2 sudah mengetahui bahwa empat bulan terakhir Linam rutin fisioterapi. Penyebabnya adalah ada keterlambatan motorik belum dapat berjalan di usia 23 bulan. Ini merupakan redflag tingkat lanjut, di mana normalnya bayi sudah dapat berjalan di usia 1 - 1,5 tahun.
Dari hasil pemeriksaan, Linam didiagnosis mengalami GDD (Global Development Delay) karena yang terlambat bukan hanya motorik kasar, melainkan juga ada kecenderungan keterlambatan wicara.
Selain itu baik. Motorik halus, sosial, fokus, konsentrasi, dan pemahaman beyond normal -- alhamdulillah. Di titik ini aku bisa bilang, insyaAllah Linam terbebas dari spektrum autism maupun ADHD.
Sempat CT Scan, hasilnya memang ada sebagian otak Linam bagian kiri depan yang belum tumbuh optimal. Bahasa awamnya, jika anak-anak lain otaknya sudah tumbuh memenuhi tempurung kepala, otak Linam baru memenuhi 90%. Salah satu asumsi aku adalah, proses persalinan Linam yang cukup lama (40 jam), sehingga ada kemungkinan asupan oksigen ke otak berkurang.
Pelajaran buat para Mom to be: usahakan persalinanmu secepat mungkin. Kalau disarankan induksi/SC, manut saja. Kasihan bayimu terjebak lama di jalan lahir.
Namun menyesal juga nggak ada artinya. Aku sudah melewati fase denial, angry, bargaining, depression. Sekarang bismillah sudah berusaha menerima dan bertindak sesuai keadaan.
Fase berikutnya menjadi orangtua: hamil sudah, lahiran sudah, nemenin anak operasi sudah, GTM dan dramanya masih on going. Dan sekarang menemani anak terapi.
Awalnya Linam diperiksa oleh dokter ahli tumbuh kembang, dr. Mei Neni, SPA dan dinyatakan perlu diikutkan fisioterapi. Kemudian konsultasi lagi di dokter rehab medik, dr. Thomas untuk mendapatkan form jadwal terapi. Semua dilakukan di RS Hermina Yogyakarta yang dekat rumah.
Di sini aku bersyukur banget punya banyak privilege. Punya BPJS, lokasi rumah sakit dekat rumah, dan keluarga yang mensupport. Selain dirujuk untuk terapi, Linam juga diberikan obat piracetam & asam folat untuk mem-boost pertumbuhan otaknya. Untuk obat ini tidak bisa digunakan bebas ya, jadi jangan manfaatkan informasi ini untuk memberikannya pada anak untuk bypass kecerdasan.
Dari sinilah aku & Linam resmi menjadi murid sekolah tumbuh kembang Hermina. :D
Pertemuan pertama fisioterapi, Linam sukses nangis sepanjang sesi. Agaknya dia perlu adaptasi situasi yang sangat baru. Mengingat saat pandemi ini, Linam hampir tidak pernah ketemu dengan orang lain selain mama papanya.
Pertemuan ke-dua, nangis.
Ketiga, masih nangis.
Pertemuan 4-9, MASIH NANGIS.
Padahal aku tungguin lho di dalam. Nah baru setelah pertemuan ke-10, aku coba untuk ninggalin dia di dalam. Eh, Linam langsung ANTENG Buibu! Agaknya Linam lebih nyaman kalau fokus hanya kepada terapisnya saja tanpa ada distraksi dari mamanya. Setelah itu, setiap kali terapi aku tinggalin dia di dalam ruangan.
Fisioterapi itu diapain aja sih?
Pertama-tama diasesment dulu. Apa yang kurang di Linam dan fisioterapi akan memfokuskan pada bagian yang kurang. Dari proses ini, ketahuan kalau otot kaki Linam cenderung lemah (hipotonus) sehingga belum kuat untuk menopang tubuhnya untuk berjalan. Maka dari itu, latihan fisioterapi berfokus pada kekuatan kaki Linam. Ada metode pijatan, metode rambatan, merangkak, dst. Ini terapisnya lebih mengerti.
Di awal terapi, Linam belum langsung bisa berjalan. Dia harus belajar kembali dari mulai merangkak. Pengalaman sebelumnya, Linam memang kurang bisa merangkak. Dia lebih suka ngesot. Padahal fase merangkak sangat penting dialami setiap bayi lho. Pasalnya, di fase ini otak bayi sedang aktif-aktifnya. Koordinasi antara menggerakkan kaki, tangan, mata, dan keseimbangan bekerja bersamaan. Ini penting sekali untuk perkembangan motorik berikutnya seperti menulis, bersepeda, dll.
Jadi Bun, kalau anakmu tidak melewati fase merangkak dan langsung berjalan, sebaiknya tetap ada latihan merangkak supaya perkembangan motoriknya lebih tuntas. Ini kata terapis & dokternya Linam.
Di pertemuan ke-11, barulah ada perkembangan yang berarti: Linam bisa merangkak & berdiri dengan bantuan. Buah kesabaran dari bolak balik terapi sekaligus latihan di rumah.
Oh iya, selain terapi di klinik Tumbuh Kembang Hermina, Linam juga aku latih terus di rumah sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh terapis kami. Misalnya diajak bermain sambil rambatan untuk latihan mengambil benda semata kaki. Pokoknya setiap perkembangan selalu dipantau dari rumah.
Ada nggak sih ketakutan sebagai orangtua?
Tentu aja ada dong. Misal ketakutan kalau suatu saat otaknya Linam lebih tertinggal dibanding teman sebayanya. Aku juga sudah tanyakan ini ke dokter. Kata dr. Mei, ini tidak perlu dikhawatirkan sekarang. Karena perkembangan anak berbeda-beda. Goal untuk Linam jangka pendeknya adalah mengejar ketertinggalan motorik & wicara. Nah, setelah catch up, perkembangan selanjutnya bisa kita percepat karena otak anak seumur Linam itu masih full of possibility. Dengan kata lain masih terbuka lebar peluang untuk berkembang dan mencapai level luar biasa.
Kita yang sudah dewasa aja masih bisa bejalar kok, apalagi mereka yang masih anak-anak.
Mengejarnya dengan apa? Ya dengan stimulasi, gizi, dan lingkungan yang baik. Di titik ini aku bersyukur banget aspek perkembangan Linam yang lain cukup luar biasa. Dia sudah mengenal instruksi, bisa bermain musik, tidurnya gampang, dan 1001 kelebihan lainnya yang kalau dihitung nggak akan ada habisnya.
Bun, kalau ada satu-dua masalah anak yang bikin kamu down, coba cari, pasti ada, kelebihan lain yang dimiliki anakmu.
Sekitar pertemuan ke 15, Linam tahu-tahu sudah bisa dititah dan lancar rambatan. Namun belum bisa berdiri on his own feet. Alias masih harus berpegangan sesuatu untuk bantuan ia berdiri.
Latihan masih dilanjutkan sampai latihan membungkukkan badan untuk mengambil sesuatu dari lantai. Awalnya Linam masih kesulitan tapi sekarang dia sudah pintar.
Kemudian, karena perkembangan wicara Linam juga tidak kunjung bertambah kosa katanya (baru bisa mama papa aja), dia juga dirujuk ke terapi wicara. Saat ini baru pertemuan pertama. Hasilnya cukup memuaskan. Linam lebih kooperatif dan sudah mampu memahami banyak instruksi dan benda-benda.
Kalau kata dokter, bagian reseptor pemahaman Linam berfungsi baik. Namun bagian produksi suara belum berkembang optimal. Kini selain dia diterapi wicara, Linam juga aku banyak latih di rumah sambil bermain.
Bersambung....
@andhikalady
Alhamdulillah nemu tulisan ini. Anak saya juga mengalami GDD. Baru 2 kali fisioterapi. Masih panjang perjalanan nya.
ReplyDeleteSemoga kuat fisik dan mental 💪🏻
Part 2 nya ada ga kak? Anakku persis sama kek anak kaka
ReplyDelete