Hidup diterpa pandemi membuat sebagian (besar) orang kehilangan pendapatannya. Ada yang hidup dari membongkar tabungan darurat, ada pula yang terpaksa berhutang. Semua orang sepakat ini situasi sulit. Tetapi demi kesehatan dan kemaslahatan umat, kita diimbau agar tetap di rumah saja sampai sekiranya situasi normal kembali. Meski ya nggak normal-normal juga tapi sama pemerintuy dipaksa 'new normal'.
Alhasil satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah dengan beradaptasi dengan new normal. Dari yang tadinya bebas kongkow-kongkow bersama teman, kini cukup via Zoom saja. Dari yang tadinya jor-joran menggunakan uang/sumber daya, kini agak dihemat lagi. Inilah topik utama tulisan ini, Frugal Living. Menurut QM Financial, Frugal living (FL) adalah kemampuan dan keinginan untuk bersikap cermat dalam penggunaan sumber konsumsi seperti makanan, waktu dan uang serta menghindari segala sesuatu yang berlebihan atau boros.
FL tidak semata-mata dilakukan karena minimnya kemampuan finansial, melainkan menggunakannya dengan penuh tanggung jawab, hemat, tanpa kesusahan amat. Bedakan dengan mengurangi makan dari sehari tiga kali menjadi sehari sekali, atau mengganti bahan makanan dengan yang lebih terjangkau dengan tetap makan tiga kali sehari. Kira-kira sudah paham kan, mana yang memang pelit, dan mana yang hidup frugal? FL tidak hanya dilakukan oleh mereka yang kesulitan ekonomi. Beberapa selebriti seperti Keira Knighley, Lady Gaga, Leonardo diCaprio, dan Ed Sheeran juga menerapkan FL lho. Apakah kamu masih mempertanyakan kekayaan mereka?
Oke, jadi selama pandemi ini saya mencoba hidup secara frugal dalam beberapa aspek. Selain untuk menghemat, juga supaya keberlangsungan roda kehidupan tetap sustain, ceilah. Apakah sebelumnya saya juga menerapkan FL? Jawabannya adalah YES, meski tidak seketat sekarang. Namanya aja pandemi force majeur, ekonomi lesu, pendapatan berkurang, plus disuruh di rumah aja. Kombinasi yang tepat sekali untuk memperketat pengeluaran uang.
Supaya mempermudah, saya pisahkan saja menjadi 4 kebutuhan pokok manusia: Sandang, Pangan, Papan, dan Pendidikan. Bagaimana mengaturnya? Yuk baca sampai habis.
Sandang
1. Invest untuk baju rumahan yang nyaman. Tunda untuk membeli baju bepergian dulu.
Karena saya punya bayi, baju-baju yang kerap dipakai di rumah adalah jenis busui-friendly. Personally, saya kurang begitu suka pakai daster, sehingga yang saya stock di rumah adalah jenis piyama kancing depan semacam ini:
Pilih motif yang tidak norak supaya enak dipandang. Ingat, yang punya mata di rumah tidak hanya Anda, wahai Ibu-ibu. Ada suami dan anak-anak yang bakal turut senang kalau ibunya tampil cantik meskipun hanya pakai baju rumahan.
Baju rumahan ini harganya sekitar separuh dari baju pergi. Bahannya juga lebih nyaman dan tipis, cukup dipakai 2-3 potong saja. Bayangkan kalau saya pergi-pergi, yang perlu dipakai adalah: dalaman, atasan, bawahan, dalaman jilbab, jilbab, kaos kaki sometimes, dst bisa mencapai 5-6 potong baju. Bayangkan, hanya dengan di rumah saja kamu bisa mengurangi jumlah cucian baju secara signifikan lho! Sedikit cucian = sedikit deterjen = sedikit sumber daya listrik = hemat.
2. Tidak menyetrika semua baju
Ini saya banget. Selain memang capek dan, ehm, malas hahahaha, juga untuk menghemat pemakaian listrik. Saya memilah baju yang untuk disetrika antara lain: handuk, seprai, baju bayi, dan baju yang mudah kusut. Kalau jenis baju kaus, dalaman, celana pendek rumahan, dll, langsung dilipat aja terus disemprot pewangi. Kadang kalau sedang mood, saya tetap press pakai setrika dalam kondisi sudah terlipat.
Tipsnya supaya baju tetap bebas kuman meski tanpa disetrika adalah dengan mengangkatnya di siang hari saat terik-teriknya. Panas matahari dapat membunuh kuman dan virus, plus bonus baju segar masih anget layaknya habis dioven. Hindari mengangkat jemuran sore hari, apalagi malam hari. Baju biasanya sudah mulai apek. Kecuali memang terpaksa.
Tipsnya supaya baju tetap bebas kuman meski tanpa disetrika adalah dengan mengangkatnya di siang hari saat terik-teriknya. Panas matahari dapat membunuh kuman dan virus, plus bonus baju segar masih anget layaknya habis dioven. Hindari mengangkat jemuran sore hari, apalagi malam hari. Baju biasanya sudah mulai apek. Kecuali memang terpaksa.
3. No bra (almost) every day
Hahaha, I used to be bullied because my bewbs is so small. Tapi justru sekarang saya bersyukur karena saya nggak perlu memakai bra setiap hari. Well, this is not for everyone. Pakailah senyaman kalian. Tapi untuk saya pribadi yang setiap hari menyusui, memilih tidak memakai bra adalah keputusan yang saya rasa paling tepat. Hemat cucian juga kan.
Saya paham ini agak kontroversi, mengingat banyaknya artikel bahaya nggak pakai bra dalam waktu lama. Untuk menyiasatinya saya tetap pakai di hari-hari tertentu.
Saya paham ini agak kontroversi, mengingat banyaknya artikel bahaya nggak pakai bra dalam waktu lama. Untuk menyiasatinya saya tetap pakai di hari-hari tertentu.
4. Tidak membeli sepatu/sandal bayi selama dia belum jalan
Percaya deh, sepatu buat bayi newborn itu cuma buat gaya-gayaan aja. Secara fungsional hampir nggak ada. Bayi juga kurang nyaman dipakaikan sepatu yang mengekang kakinya. Sehari-hari di rumah, Linam lebih sering nyeker sambil eksplor sekitar. Kalau bepergian misal imunisasi, saya cuma memakaikan kaus kaki. Itu sudah cukup. Buat apa pakai sepatu kalau ujung-ujungnya digendong atau didorong di stroller?
5. Mengganti sabun cair menjadi sabun mandi batangan
Memang nggak ada yang bisa menggantikan nikmatnya mandi dengan busa sabun melimpah dan wangi yang didapatkan setelahnya. Namun atas nama penghematan saya mengganti sabun cair menjadi sabun batangan. Toh semenjak Linam mulai bermain, saya semakin jarang punya mandi berkualitas. Yang dulu bisa luluran krimbat dll, sekarang harus cukup puas dengan sabunan saja. Keburu anak saya nangis nyari ibunya.
Lanjutan untuk artikel ini ada di Part 2 yaa..
0 komentar:
Post a Comment