Genap 8 bulan saya telah menjadi seorang Ibu. Artinya telah 8 bulan saya (dan suami) terbiasa berkutat dengan sesosok manusia lucu berikut konsekuensinya; begadang, ganti popok, bau pup, tangisan bayi, anak mengganggu saat disambi kerja, anak minta main jam dua pagi, anak sakit, mom-shaming, dan segala tetek bengeknya. Benar kata orang, memiliki anak sama dengan memikul tanggung jawab seumur hidup. Kalikan dengan banyak anak yang kamu punya.
Apalagi saya hanya tinggal bertiga dengan suami, alhasil kami yang minim pengalaman ini harus mengurus bayi berdua. Sempat tinggal bersama mertua di kampung halaman suami selama seminggu habis lahiran, namun karena pekerjaan membuat kembali ke kota dan mengurus anak berdua. Apa yang kami lakukan sebagai orang tua newbie? Tentu saja dengan cara memanfaatkan internet, tanya teman, tanya orang tua, dan segala resource tentang merawat anak. Untungnya sekarang ilmu parenting bisa didapatkan di manapun. Akun Instagram dan blog-blog yang membahas cara mengatasi popok ruam misalnya, tipsnya melimpah ruah di mana saja.
Baca juga: Menulis Rencana Persalinan
Meskipun banyak resource yang kawan yang bagi-bagi ilmu, bukan berarti selama ini saya selalu menjadi ibu yang manis, keibuan, mindfullness, dan gembira bak foto mamah-mamah muda selebgram lho. Kadangkala saya juga bisa marah-marah sendiri, uring-uringan, sedih dan juga terpukul tatkala anak saya kenapa-napa. Terlebih saat anak tidak bisa ditinggal saat saya bekerja. Ruang kerja saya memang bersebelahan dengan kamar bayi sehingga suara apapun pasti terdengar. Setiap kali mengalami hal-hal yang bikin elus dada, saya selalu berkata pada diri sendiri 'this shall too pass'. Biar bagaimanapun, saya tetap cinta anak saya layaknya seorang Ibu.
Perkara menyeimbangkan hidup setelah punya anak memang memiliki seni tersendiri. Terlebih soal kesehatan mental. Membuat waktu bermain dengan anak itu mudah, tapi memposisikan batin agar selalu ceria dan mindfullness itu butuh keikhlasan berlebih. Anak itu kan nggak butuh Ibu yang sempurna, mereka hanya butuh Ibu yang bahagia. Kamu pastinya ikutan senang kan, kalau ibumu senang? Yakin deh, kalau Ibu senang, keluarga juga makin bahagia.
Nah, apa saja yang saya lakukan untuk menjaga kesehatan mental selama menjadi Ibu?
Ngomong-ngomong soal pandemi, tips-tips di atas tetap bisa dilakukan lho. Meskipun ekskalasi tingkat stress dapat mempengaruhi kesehatan mental, kamu tetap bisa meminta pertolongan medis tanpa harus keluar rumah. Solusinya adalah Halodoc. Saya terbantu sekali dengan Halodoc, di mana saya bisa berkonsultasi kesehatan anak, membaca artikel, dan memantau update berita Corona dengan tetap di rumah aja. Pembayarannya juga mudah, diskonnya banyak. Layannya juga terpadu, selain konsultasi juga melayani pembelian obat secara online. Benar-benar kemudahan layanan kesehatan yang bisa dinikmati dari rumah. Cocok banget bikin Ibu tetap waras.
@andhikalady
Info jasa MUA makeup Jogja di @jenganten
Continue reading Hal-hal yang Bikin Kesehatan Mental Seorang Ibu Tetap Waras
Apalagi saya hanya tinggal bertiga dengan suami, alhasil kami yang minim pengalaman ini harus mengurus bayi berdua. Sempat tinggal bersama mertua di kampung halaman suami selama seminggu habis lahiran, namun karena pekerjaan membuat kembali ke kota dan mengurus anak berdua. Apa yang kami lakukan sebagai orang tua newbie? Tentu saja dengan cara memanfaatkan internet, tanya teman, tanya orang tua, dan segala resource tentang merawat anak. Untungnya sekarang ilmu parenting bisa didapatkan di manapun. Akun Instagram dan blog-blog yang membahas cara mengatasi popok ruam misalnya, tipsnya melimpah ruah di mana saja.
Baca juga: Menulis Rencana Persalinan
Meskipun banyak resource yang kawan yang bagi-bagi ilmu, bukan berarti selama ini saya selalu menjadi ibu yang manis, keibuan, mindfullness, dan gembira bak foto mamah-mamah muda selebgram lho. Kadangkala saya juga bisa marah-marah sendiri, uring-uringan, sedih dan juga terpukul tatkala anak saya kenapa-napa. Terlebih saat anak tidak bisa ditinggal saat saya bekerja. Ruang kerja saya memang bersebelahan dengan kamar bayi sehingga suara apapun pasti terdengar. Setiap kali mengalami hal-hal yang bikin elus dada, saya selalu berkata pada diri sendiri 'this shall too pass'. Biar bagaimanapun, saya tetap cinta anak saya layaknya seorang Ibu.
Perkara menyeimbangkan hidup setelah punya anak memang memiliki seni tersendiri. Terlebih soal kesehatan mental. Membuat waktu bermain dengan anak itu mudah, tapi memposisikan batin agar selalu ceria dan mindfullness itu butuh keikhlasan berlebih. Anak itu kan nggak butuh Ibu yang sempurna, mereka hanya butuh Ibu yang bahagia. Kamu pastinya ikutan senang kan, kalau ibumu senang? Yakin deh, kalau Ibu senang, keluarga juga makin bahagia.
Nah, apa saja yang saya lakukan untuk menjaga kesehatan mental selama menjadi Ibu?
1. Support system
Jujur hal inilah yang paling penting dalam menjaga kewarasan Ibu. Support system dari orang terdekat, terutama suami sangatlah penting. Ibaratnya gini, bikin anak kan berdua, ngurusnya ya berdua dong. Istri nenenin, giliran suami yang cuci piring. Istri masak makan malam, suami yang nidurin anak. Istri nyuapin anak, suami yang cuci baju. Begitulah seharusnya dalam keluarga. Seimbang antara Bapak & Ibu. Apa jadinya kalau segala aspek domestik termasuk ngurus anak dibebankan pada istri? Yang jelas bukan tambah waras, tetapi makin stress. Ayolah, zaman now bukan situasi tepat untuk melanggengkan patriaki. Oke?
2. Turunkan standar
Memang kzl rasanya melihat cucian kotor, rumah berantakan, piring belum dicuci, dan kaca jendela tidak mengilap. Bukan saya menyarankan itu dibiarkan saja, tetapi ada baiknya sedikit turunkan standar supaya hati lebih lapang. Misal yang tadinya semua baju disetrika, sekarang cukup beberapa saja yang krusial. Yang tadinya ngepel sehari sekali jadi dua hari sekali, dst. Momen-momen bersama anak, terutama saat mereka tidur, adalah saat tepat untuk ikut beristirahat setelah bergadang semalaman.
3. Ngobrol dengan teman atau pasangan
Curhat berfaedah dengan teman atau pasangan itu cukup ampuh untuk mengatasi beban berlebih di kepala lho. Misal cerita kalau anak habis poop gede banget, itu bikin suasana ceria saat ngobrol. Percayalah suatu hari nanti hal-hal lucu akan menjadi kenangan manis. Apalagi soal poop yah, pasti semua mamak-mamak di atas bumi ini justru senang saat si anak lancar BAB. Tanpa sembelit, tanpa diare.
4. Quality time
Menjadi seorang Ibu, praktis jika hampir 95% waktumu akan tergerogoti dengan mengurus anak. Namun, dengerin ini, sebagai Ibu kamu wajib tetap punya me-time berkualitas yang akan merefresh jiwa pikirmu. Misal sekadar keluar beli buah, ke supermarket, atau makan sendiri di luar akan menjadi hal yang berharga bagimu. Namun kalau sedang pandemi kayak gini, coba cari me-time lainnya dengan tetap di rumah saja, misal melakukan hobi favorit. Kalau saya, misal bikin video #passthebrushchallenge. Ternyata ampuh juga lho, apalagi sambil mengobati kangen makeup-in.
5. Scroll foto-foto anak lucu
Saat sedang ingin kzl sama anak, senjata saya satu: melihat wajahnya yang polos nan lucu. Atau melihat video proses ia lahir. Percayalah ini akan menjadi hal yang akan kamu ingat selamanya. Memori tiap nafas saat mau ngeden itu nggak ada duanya.Ngomong-ngomong soal pandemi, tips-tips di atas tetap bisa dilakukan lho. Meskipun ekskalasi tingkat stress dapat mempengaruhi kesehatan mental, kamu tetap bisa meminta pertolongan medis tanpa harus keluar rumah. Solusinya adalah Halodoc. Saya terbantu sekali dengan Halodoc, di mana saya bisa berkonsultasi kesehatan anak, membaca artikel, dan memantau update berita Corona dengan tetap di rumah aja. Pembayarannya juga mudah, diskonnya banyak. Layannya juga terpadu, selain konsultasi juga melayani pembelian obat secara online. Benar-benar kemudahan layanan kesehatan yang bisa dinikmati dari rumah. Cocok banget bikin Ibu tetap waras.
@andhikalady
Info jasa MUA makeup Jogja di @jenganten