Semua orang tentu ingin berubah menjadi lebih baik, lebih berkualitas, lebih pintar, lebih cantik, lebih sukses, lebih kaya, dan lebih-lebih lain yang positif-positif. Perubahan menjadi lebih baik ini katanya bersinggungan dengan keberanian keluar dari zona nyaman. Konon katanya, orang yang berani keluar dari zona nyaman adalah orang yang berani untuk mengubah dirinya sendiri menjadi lebih berkualitas. Makannya, setiap ada temen yang ulang tahun, saya selalu mendoakan “semoga hidupnya makin berkualitas”. Buat apa kita panjang umur kalau tidak ada peningkatan kualitas hidup dari tahun sebelumnya? Iya kan?
Tidak. Saya sedang tidak berulangtahun kok Jeng. Lol. Well, biar nggak makin bingung sama prolog postingan ini, saya mau cerita sesuatu.
Dua tahun yang lalu, saya belum seperti ini. Saya masih seorang perempuan yang insecure dan nggak PDan. Dilihat dari segi penampilan juga wawduuh, dulu sih rasanya udah cantik banget. Waktu itu, saya bisa betah dengan banyak jerawat dan kemerahan di wajah, bisa nyaman pergi ke mana-mana dengan kulit kusam dan kerudung yang jauh dari rapi. Makin parah lagi, waktu itu saya seolah tidak ada keinginan yang menggebu untuk berubah jadi lebih baik. Karena apa? Karena saat itu saya sudah merasa sangat nyaman dengan kehidupan saya! Kuliah baik-baik saja, pekerjaan juga lancar, bisnis lancar, IPK nggak turun, uang bulanan masih rutin dikirim orang tua. Nah, dengan wajah kusam dan kerudung yang nggak rapi pun saya sudah mendapatkan apa yang saya inginkan, lalu apa gunanya saya berusaha mengubah penampilan? Begitu pikiran saya waktu itu.
Biar makin dramatis, saya sekalian kasih lihat foto jadul saya. Hihihi. Semoga nggak pada kaget yah.
OMG!!! |
Jenganten atau Mas Nganten, kalau disenyumi sama mbak-mbak di atas itu, apa kalian berminat untuk ngajak kenalan? Bhihihihihik. :)
Apakah saya mau cerita gimana perjalanan penampilan kulit saya? Gimana perawatan yang saya lakukan sehingga bisa sembuh dari kulit seperti itu? No. Bukan itu yang akan saya ceritakan. Karena itu sangat gampang (ternyata). Asal rajin dibersihkan, siang pakai sunblock, malam pake Tretinoin, dan disiplin. InsyaAllah Beres. :D #serius
Yang akan saya ceritakan jauh lebih bermakna dari sekadar perawatan kulit. Saya menemukan sesuatu yang lebih penting dari itu, yaitu……… senyuman.
Karena senyuman itu penting. Senyum itu ibadah. Senyum itu sedekah. Senyum itu kebahagiaan. Dan senyum itu kehidupan. :)
#filosofis banget ya? Oke, saya lanjut.
Sebelum saya teruskan, saya mau tanya, sdakah temen-temen yang memiliki keberuntungan dianugerahi wajah dan senyuman yang simetris? Contoh orang yang beruntung memiliki senyum simetris itu adalah artis Dian Sastro. Atau contoh terdekat dengan saya adalah Abyan, alias adik balita saya yang lucu cute ganteng. Hihi.
Sayangnya, saya bukanlah salah satu orang yang beruntung memiliki senyuman dan gigi yang simetris. Senyuman alami saya cenderung tidak seimbang lebih lebar ke arah pipi kiri. Pun gigi taring saya kadang cenderung ngintip ketika dipakai senyum. Kondisi ini tentu bukanlah kategori senyum yang membuat-mas-mas-ganteng-random-melirik-dan-mengajak-kenalan bukan? Hehehe.
Tapi kan setiap orang mempunyai senyum yang unik dan beda kali Jeng Lady.
Iya, benar sekali. Tapi ada benarnya juga kalau pernyataan itu berlaku untuk orang yang memang dari sononya dianugerahi senyum yang manis, muka simetris, dan rahang yang seimbang. Kalo gitu sih ya bakal tetep bagus. Nah, untuk kaum-kaum yang belum dianugerahi senyum manis gimana? Padahal kita pasti kepingin kan, orang yang kita senyumi juga ikut merasakan energi senyum yang kita lakukan sama seperti orang-orang yang alamiah senyumnya manis itu. Jangan sampailah, kalau maksud kita adalah tersenyum, tapi diterjemahkan ngajak gelut sama orang yang kita senyumi. :)
Jadii, karena fakta itu, saya berusaha membuat senyum yang enak dilihat. Alhasil saya berusaha mengkoreografi senyuman alami saya. Pertama-tama saya coba mensimetriskan senyuman. Kalau biasanya bibir saya sering terlalu lebar ke arah kiri, bibir yang kanan juga ikut saya lebarkan. Kalau biasanya senyum dengan bibir tertutup masih kelihatan giginya, sebisa mungkin gigi itu saya tutupi. Awalnya memang kurang nyaman (sebenarnya selalu nggak nyaman sih, karena saya memakai otot wajah tidak pada alaminya). Tapi seperti binaragawan yang otot lengannya dapat dilatih, saya yakin, otot wajah dan bibir pun bisa dilatih sesuai keinginan kita. :)
Kedua, selain bibir yang tersenyum, jangan lupa, mata juga harus tersenyum. Percuma bibir sudah membentuk pola senyum yang manis sekali tapi matanya nggak ikut “senyum”. Ada baiknya buat ilusi mata berbinar ketika tersenyum. Kok mirip akting? Iya, memang. Lebih baik akting senyum manis daripada mengeluarkan senyum kecut bukan?
Inilah hasil latihan senyum saya.
Ini awal-awal mulai belajar senyum yang seimbang. |
Gigi saya memang gingsul dan agak mengsle. Tapi tetep pede aja meringis. Hehehe. |
Karena latihan senyum itu, saya jadi berani difoto dari depan. |
Yeahh, meski kadang saya lupa untuk tersenyum a la latihan sehingga kembali ke cara lama. :) |
Ini sebenarnya senyum yang biasa-biasa saja. Tapi karena mata dibuat 'tersenyum', dilihatnya jadi lumayan bagus. |
Yang terakhir, adalah “smile like you’re a child”. Senyumlah seperti anak-anak. Senyum tanpa beban, dan senyum dengan mata yang pasti berbinar. Lihat aja pas Aby senyum nih…
Whuaaa, I miss my brother in blood so much!!
Jadi, apakah para Jenganten setuju kalau kita perlu latihan senyum? Kalau saya sih merasa perlu. Karena dari sebuah senyuman, bisa timbul sebuah harapan. :)
@andhikalady
senyumnya bagus adiknya jeng :D :D ,ohya btw bisa kali resep itu tuh untuk wajahnya biar mulus hehe :D
ReplyDeletehttp://leeviahan.blogspot.com
Iyaa.. Senyumnya Aby emang nggak ada yang ngalahin deh pokoknyaa... Hihihii. Maniiiiis banget...
DeleteHehe, tuh resepnya udah di atas. :p
Lady, adeknya ganteeeng ^^
ReplyDeleteOiya, aku tag award yaaa... Cek di http://ifadaputri.blogspot.com/2013/04/2nd-award-versatile.html
Thank you ^^
Okedeh, ntar aku sampein ke adekku kalo dibilang ganteeeng.. :p..
DeleteOhya, makasih ya awardnyaaa.. :D
aaaah, gingsulnyaaaa... pengen >___<
ReplyDeletekata orang jawa, gingsul itu anugerah !!!
Ahh, gigimu bukannya udah rapi Nduk?
DeleteApapun giginya tetep anugerah. Hihihihii..
I'm not perfect too Jeng-Lad, rahang kanan kiri nggak simetris, jadi angle foto yg bagus buat aku tuh dari sebelah kanan. sedih, tapi tetep harus disyukuri :')))
ReplyDeleteSama berati... Tapi kan yang penting tetep cantik dan disyukurinn.. hihihi...
Deleteaduhh.. ayu ama ganteng mah
ReplyDeleteHihihihi... Yang ayu mana yang ganteng mana... Hihihihi..
DeleteTau ndak, Jeng. Sejak awal saya ketemu njenengan pun saya sudah nganggep panjenengan itu ayu, dan tampak berwibawa, apapun kondisi kulit dan jilbabnya. Ndak seperti saya yang walau ayu maksimal juga, tapi ndak ada kesan berwibawanya. Jadi kalau saya aja PD ngapain jenengan ndak pede dulu?
ReplyDeleteEh, komen ini nyambung nggak sih? #senyum ah...
Wibawa? Wii, bawa korsase. Wii, bawa gandengan. Wii bawa mobil. Wii bawa rumahh...
DeleteGini Jeng, dulu sih anu, aku, anu, sempet ga pedean gitu. Hihihiy. Tapi sekarang udah keracunan dirimu kali yaa..
*eh balesan komen yang pake Wiii bawa, Wii bawa itu nyambung nggak sih? #senyum dulu ah*